Pendengar Yang Baik

‘Atha’ bin Abi Rabah, seorang ulama tabiin, mengatakan, 

إِنَّ الرَّجُلَ يُحَدِّثُنِيْ بِالْحَدِيْثِ فَأَنْصِتُ لَهُ كَأَنِّيْ أَسْمَعُهُ وَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ

“Sungguh ada orang yang menyampaikan sebuah hadits. Akupun diam menyimak seakan aku baru pertama kali mendengar hadits tersebut padahal aku telah mendengar hadits tersebut sebelum dia lahir.” (Siyar A’lam an-Nubala’ 5/86)

Diantara adab yang luhur ketika ada yang berbicara atau bercerita adalah kita simak dengan penuh perhatian dan penuh antusias seakan kita baru mendengarnya pertama kali.

Diantara adab yang buruk ketika ada orang yang bercerita adalah:

  1. Kita dengarkan sambil mainan gadget. 
  2. Kita dengarkan sambil menengok ke kanan atau ke kiri, seakan bosan mendengarkan ceritanya. 
  3. Kita simak pembicaraannya lantas kita komentari bahwa kita sudah pernah mendengarnya dari pembicara yang lain. 
  4. Kita potong pembicaraan orang sepuh tersebut dan kita komentari bahwa kita sudah mendengar cerita tersebut dari beliau sendiri untuk kesekian kalinya.

Adab yang luhur dan mulia itu membuat kita dicintai dan dihormati manusia. 

Sebaliknya adab yang buruk menyebabkan orang tidak suka dengan kita. 

Orang yang cakep, cantik, pintar atau berilmu itu jatuh nilainya disebabkan adab yang buruk.

Oleh karena itu warisan terbaik ortu kepada anaknya adalah penanaman adab yang luhur dan mulia. 

Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini untuk bisa memiliki adab yang luhur dan mulia. 

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.