Ingin Menjadi Orang Paling Mulia di Sisi Allah? Ini Kuncinya! – Syaikh Sa’ad al-Khatslan

Penanya berkata: “Bagaimana seorang mukmin bisa termasuk dalam golongan para Ash-Shiddiqin?”

Derajat shiddiqiyyah adalah derajat tertinggi setelah kenabian.

Allah berfirman, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman.” (QS. An-Nisa: 69).

Derajat paling utama adalah derajat kenabian, dan ini khusus untuk para nabi dan rasul. Setelahnya adalah derajat shiddiqiyyah.

Derajat shiddiqiyyah lebih tinggi daripada derajat kesyahidan. Seorang shiddiq lebih utama daripada seorang syahid.

Setelah derajat shiddiqiyyah adalah derajat kesyahidan. “…para nabi, para shiddiqin, para syuhada…”Lalu di bawahnya lagi adalah derajat orang-orang saleh.

Jadi, ada empat derajat: (1) derajat para nabi, kemudian (2) derajat para shiddiqin, lalu (3) derajat para syuhada, dan terakhir (4) derajat orang-orang saleh.

Maka, derajat shiddiqiyyah adalah derajat yang bisa dicapai oleh siapa saja. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Bagaimana bisa mencapainya? Dengan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Jika ketakwaan kepada Allah sangat agung dalam dirinya, dan kejujurannya sangat besar, maka diharapkan ia bisa mencapai derajat ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai seorang shiddiq (yang sangat jujur).” (HR. Bukhari).

Siapa yang senantiasa berusaha jujur dalam perkataannya, jujur dalam perbuatannya, berusaha jujur dalam segala hal, berusaha agar selalu menjadi orang yang jujur dalam segala urusan, dan ketakwaannya semakin besar, serta ia taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, maka diharapkan ia dapat meraih derajat ini.

Namun, secara umum, tidak ada yang mencapai derajat ini kecuali orang yang memiliki ilmu agama, karena orang yang memiliki ilmu agama lebih mengetahui dan lebih paham tentang hal-hal yang dicintai dan diridai Allah Ta‘ala.

Karena itu, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata tentang wali-wali Allah ‘Azza wa Jalla, Beliau berkata, “Mereka itu adalah para ulama yang mengamalkan ilmunya Jika para ulama yang mengamalkan ilmunya bukan wali Allah, maka siapa lagi yang menjadi wali-Nya?” Ini adalah perkataan yang masyhur dari Imam Asy-Syafi’i.

Maka, yang paling diharapkan dapat mencapai derajat shiddiqiyyah adalah para ulama yang mengamalkan ilmunya. Namun, sebagian ahli ibadah yang saleh juga mungkin bisa mencapai derajat ini, yaitu orang-orang jujur yang sungguh-sungguh dalam menjaga kejujuran.

Derajat ini adalah derajat yang tinggi dan agung. Sebagian ulama menyebutkan bahwa sebagaimana disebutkan dalam hadis: Allah Ta‘ala mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi, juga tidak akan memakan jasad para shiddiqin dan para syuhada, serta jasad siapa saja dari orang saleh yang dikehendaki oleh Allah Ta‘ala.

Namun, para shiddiqin dan para syuhada pun bumi tidak akan memakan jasad mereka. Sebagai bentuk pemuliaan terhadap mereka. Jadi, derajat shiddiqiyyah adalah salah satu derajat yang paling mulia dan paling tinggi. Derajat shiddiqiyyah itu di bawah derajat kenabian.

====

هَذَا سَائِلٌ يَقُولُ كَيْفَ يَكُونُ الْمُؤْمِنُ مِنَ الصِّدِّيقِيْنَ؟

دَرَجَةُ الصِّدِّيْقِيَّةِ هِيَ أَعْلَى دَرَجَةً بَعْدَ النُّبُوَّةِ

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

فَأَفْضَلُ الْمَرَاتِبِ مَرْتَبَةُ النُّبُوَّةِ هَذِهِ خَاصَّةٌ بِالْأَنْبِيَاءِ وَالرُّسُلِ يَلِيْهَا مَرْتَبَةُ الصِّدِّيْقِيَّةِ

مَرْتَبَةُ الصِّدِّيْقِيَّةِ أَعْلَى مِنْ مَرْتَبَةِ الشَّهَادَةِ وَالصِّدِّيْقُ أَفْضَلُ مِنَ الشَّهِيدِ

يَلِي مَرْتَبَةَ الصِّدِّيْقِيَّةِ مَرْتَبَةُ الشَّهَادَةِ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ يَلِيْهَا مَرْتَبَةُ الصَّالِحِيْنَ

يَعْنِي أَرْبَعُ مَرَاتِبَ مَرْتَبَةُ النَّبِيِّينَ ثُمَّ مَرْتَبَةُ الصِّدِّيْقِيْنَ ثُمَّ مَرْتَبَةُ الشُّهَدَاءِ ثُمَّ مَرْتَبَةُ الصَّالِحِيْنَ

فَمَرْتَبَةُ الصِّدِّيْقِيَّةِ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ لَهَا أَيُّ أَحَدٍ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

كَيْفَ يَصِلُ لَهَا؟ يَصِلُ لَهَا بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا عَظُمَ تَقْوَى اللَّهِ عِنْدَهُ وَكَثُرَ الصِّدْقُ عِنْدَهُ فَإِنَّهُ يُرْجَى أَنْ يَصِلَ إِلَى هَذِهِ الْمَرْتَبَةِ

النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيْقًا

فَمَنْ يَتَحَرَّى الصِّدْقَ فِي أَقْوَالِهِ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ فِي أَفْعَالِهِ

وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ فِي كُلِّ شَيْءٍ تَحَرَّى أَنْ يَكُونَ صَادِقًا فِي كُلِّ شَيْءٍ وَتَعْظُمُ التَّقْوَى مِنْهُ وَيَكُونُ مُطِيْعًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُمْتَثِلًا لِأَوَامِرِهِ مُجْتَنِبًا لِنَوَاهِيْهِ فَيُرْجَى أَنْ يَنَالَ هَذِهِ الْمَرْتَبَةَ

لَكِن الْغَالِبُ أَنَّهُ يَعْنِي لَا يَصِلُ لِهَذِهِ الْمَرْتَبَةِ إِلَّا مَنْ كَانَ عِنْدَهُ عِلْمٌ شَرْعِيٌّ لِأَنَّ الْعَالِمَ الشَّرْعِيَّ أَعْلَمُ وَأَدْرَى بِمَحَالِّ مَحَابِّ اللَّهِ تَعَالَى وَمَرْضَاتِهِ

وَلِهَذَا قَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ عَنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ إِنَّهُمْ الْعُلَمَاءُ الْعَامِلُونَ إِنْ لَمْ يَكُنْ الْعُلَمَاءُ الْعَامِلُونَ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ فَمَا لِلَّهِ مِنْ وَلِيٍّ هَذِهِ مَقُولَةٌ مَشْهُورَةٌ عَنِ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ

فَأَقْرَبُ مَنْ يُرْجَى أَنْ يَنَالَ مَرْتَبَةَ الصِّدِّيْقِيَّةِ الْعُلَمَاءُ الْعَامِلُوْنَ بِعِلْمِهِمْ لَكِنْ قَدْ يَصِلُ إِلَيْهَا بَعْضُ الْعُبَّادِ الصَّالِحِيْنَ الصَّادِقِيْنَ الَّذِيْنَ يَتَحَرَّوْنَ الصِّدْقَ

فَهَذِهِ الْمَرْتَبَةُ مَرْتَبَةٌ عَلِيَّةٌ وَمَرْتَبَةٌ عَظِيمَةٌ وَذَكَرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ كَأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيثِ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ لَكِنْ أَيْضًا لَا تَأْكُلُ الْأَرْضُ أَجْسَادَ الصِّدِّيقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَمَنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنَ الصَّالِحِيْنَ

لَكِنَّ الصِّدِّيقِيْنَ وَالشُّهَدَاءَ أَيْضًا لَا تَأْكُلُ الْأَرْضُ أَجْسَادَهُمْ وَإِكْرَامًا لَهُم فَمَرْتَبَةُ الصِّدِّيْقِيَّةِ هِيَ مِنْ أَجَلِّ وَأَعْلَى الْمَرَاتِبِ وَهِيَ الْمَرْتَبَةُ الَّتِي تَلِي مَرْتَبَةَ النُّبُوَّةِ

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.