Apa nasihat Anda bagi orang yang hendak menunaikan haji? Bagaimana seharusnya ia mempersiapkannya?
Orang yang hendak menunaikan haji, pertama-tama harus memilih rombongan yang dapat membantunya dalam melaksanakan manasik haji, dan agar hajinya menjadi haji yang mabrur.
Hendaknya ia memilih rombongan, travel, atau komunitas yang membantunya dalam pelaksanaan manasik haji. Sebaiknya ia memilih rombongan atau travel yang di dalamnya terdapat para penuntut ilmu dan para syaikh (guru) yang mengajarkan para jamaah tentang ibadah haji mereka, serta menjelaskan kepada mereka hal-hal yang belum mereka pahami terkait haji, agar mereka dapat menjalankan ibadah ini sesuai dengan sunah. Sebab haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan cara paling sempurna dan tidak terdapat padanya perbuatan dosa maupun maksiat.
Demikian pula, orang yang hendak berhaji hendaknya mempelajari fikih ibadah haji dan membaca buku seputar haji. Di antara buku terbaik dalam hal ini adalah karya guru kami, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, At-Tahqiq wal-Idhah. Juga buku Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berjudul Al-Manhaj li Muridil ‘Umrah wal-Hajj, serta buku-buku bermanfaat lainnya.
Selain itu, ada pula beberapa potongan video kajian dan ceramah dari para syaikh yang mulia. Jadi, hendaknya ia bersungguh-sungguh mempelajari permasalahan dan hukum-hukum haji. Lalu jika ada hal yang belum ia pahami, hendaknya ia bertanya.
Selain itu, ketika sedang berhaji, hendaknya ia berusaha mengamalkan sunah semaksimal mungkin, agar hajinya menjadi haji yang mabrur. Maksudnya, saat hendak berangkat haji, ia harus bertekad agar hajinya menjadi haji yang mabrur. Karena haji mabrurlah yang dapat menghapus seluruh dosa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Barang siapa berhaji dan tidak berkata kotor serta tidak berbuat fasik, maka ia kembali dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya.” Nabi juga bersabda, “Haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari). Nabi juga bersabda, “Haji menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Muslim).
Maka dari itu, siapa yang hendak berhaji, hendaklah ia berusaha agar hajinya mabrur, dengan cara bersungguh-sungguh melaksanakannya secara sempurna, mengamalkan sunah-sunah di dalamnya, dan berusaha menjaga diri dari perbuatan dosa maupun maksiat selama berhaji.
====
مَا نَصِيحَتُكُمْ لِمَنْ أَرَادَ الْحَجَّ كَيْفَ يَسْتَعِدُّ لَهُ؟
مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ أَوَّلاً عَلَيْهِ أَنْ يَخْتَارَ الصُّحْبَةَ الَّتِي تُعِيْنُهُ عَلَى أَدَاءِ النُّسُكِ وَأَنْ يَقَعَ مِنْهُ هَذَا الْحَجُّ مَبْرُورًا
يَخْتَارُ الْحَمْلَةَ أَوْ الشَّرِكَةَ أَوْ الصُّحْبَةَ الَّتِي تُعِيْنُهُ عَلَى أَدَاءِ النُّسُكِ فَيَنْبَغِي أَنْ يَخْتَارَ الْحَمَلَاتِ أَوْ الشَّرِكَاتِ الَّتِي يَكُونُ فِيهَا طُلَّابُ عِلْمٍ وَفِيهَا مَشَايِخُ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ أُمُورَ حَجِّهِمْ وَيُوَضِّحُونَ لَهُمْ مَا يُشْكِلُ عَلَيْهِمْ مِنْ أُمُورِ حَجِّهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ بِهَذِهِ الْعِبَادَةِ عَلَى السُّنَّةِ فَإِنَّ الْحَجَّ الْمَبْرُورَ هُوَ مَا أَتَى بِهِ صَاحِبُهُ عَلَى الْوَجْهِ الْأَكْمَلِ وَلَمْ يَقَعْ مِنْهُ فِيهِ إِثْمٌ وَلَا مَعْصِيَةٌ
كَذَلِكَ أَيْضًا مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَفَقَّهَ فِي الْحَجِّ وَأَنْ يَقْرَأَ عَنِ الْحَجِّ وَمِنْ أَفْضَلِ الْكُتُبِ فِي هَذَا كِتَابُ شَيْخِنَا عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ بَازٍ رَحِمَهُ اللَّهُ التَّحْقِيقُ وَالْإِيضَاحُ وَكِتَابُ أَيْضًا الشَّيْخِ مُحَمَّدِ بْنِ عُثَيْمِينَ رَحِمَهُ اللَّهُ الْمَنْهَجُ لِمُرِيدِ الْعُمْرَةِ وَالْحَجِّ وَغَيْرِهَا مِنَ الْكُتُبِ النَّافِعَةِ
كَذَلِكَ هُنَاكَ بَعْضُ الْمَقَاطِعِ وَالْمُحَاضَرَاتِ لِمَشَايِخَ أَفَاضِلَ فَيَنْبَغِي أَنْ يَحْرِصَ عَلَى التَّفَقُّهِ فِي مَسَائِلَ وَأَحْكَامِ الْحَجِّ وَإِذَا أَشْكَلَ عَلَيْهِ شَيْءٌ يَسْأَلُ
كَذَلِكَ أَيْضًا يَنْبَغِي إِذَا حَجَّ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى تَطْبِيقِ السُّنَّةِ مَا أَمْكَنَ حَتَّى يَكُونَ حَجُّهُ مَبْرُورًا يَعْنِي يَنْبَغِي إِذَا أَرَادَ الذَّهَابَ لِلْحَجِّ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى أَنْ يَكُونَ الْحَجُّ حَجّاً مَبْرُورًا لِأَنَّ الْحَجَّ الْمَبْرُورَ هُوَ الَّذِي يُكَفِّرُ جَمِيعَ الذُّنُوبِ كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ وَقَالَ وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ وَقَالَ الْحَجُّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
فَيَنْبَغِي إِذًا لَمِنْ أَرَادَ الْحَجَّ أَنْ يَحْرِصَ عَلَى أَنْ يَكُونَ حَجُّهُ مَبْرُورًا بِأَنْ يَحْرِصَ عَلَى أَنْ يَأْتِيَ بِهِ عَلَى الْوَجْهِ الْأَكْمَلِ وَأَنْ يُطَبِّقَ السُّنَّةَ فِي حَجِّهِ وَأَنْ يَحْرِصَ عَلَى أَلَّا يَقَعَ مِنْهُ فِيهِ إِثْمٌ وَلَا مَعْصِيَةٌ