Ketika seorang hamba terus berkurang umurnya di dunia dan mendekat kepada akhirat, sementara ia masih terus-menerus hidup melampaui batas, tiada hentinya dalam dosa dan maksiat, maka dalam kondisi seperti itu, ia benar-benar berada dalam bahaya besar. Bahaya yang sangat besar.
Maka wajib baginya untuk mempersiapkan bekal menghadapi hari kematiannya. Karena amal-amalnya yang telah ia kerjakan selama hidup di dunia ini, akan mendatanginya di alam kubur, dalam rupa seorang laki-laki.
Jika amal-amalnya baik, maka ia akan datang dalam rupa seorang laki-laki yang saleh. Ciri-cirinya telah disebutkan dalam hadis, yaitu berwajah tampan, berpakaian indah, dan harum baunya. Amal-amalnya datang dalam rupa laki-laki saleh yang membawa kabar gembira untuknya.
Namun, jika amal-amal seseorang itu buruk dan keji, maka amal itu akan mendatanginya dalam rupa laki-laki yang buruk. Buruk wajahnya, buruk pakaiannya, dan busuk aromanya. Lalu ia berkata, “Terimalah kabar buruk yang membuatmu menderita. Inilah harimu yang dulu telah diancamkan kepadamu.” Lalu si mayit bertanya, “Siapa kamu? Wajahmu membawa pertanda keburukan.”
Hadis ini mengandung peringatan bagi seorang hamba. Peringatan yang sangat besar. Agar ia bersungguh-sungguh dalam memperbaiki amalnya. Karena jika amalnya baik, maka akan menjadi penenang baginya dalam kengerian alam kubur, membawakan kabar gembira untuknya, datang dalam rupa yang paling indah. Namun, jika amalnya buruk dan keji, maka ia akan datang dalam wujud yang buruk dan menjijikkan, membawakan kabar yang menyusahkan.
Karena itu, wajib bagi setiap orang yang menghendaki kebaikan bagi dirinya, untuk menyiapkan bekal untuk hari itu, dan hendaklah ia menyadari bahwa liang kubur ini pasti akan dimasukinya, cepat atau lambat.
Boleh jadi ia mengira akan hidup dalam waktu yang lama, sedangkan ia tidak tahu, bisa jadi ia dimasukkan ke dalam liang itu esok hari. Sekalipun ia masih muda.
Karena itu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (yaitu kematian).” (HR. At-Tirmidzi). Mengingat hari itu dan semua rincian yang disebutkan dalam hadis ini maupun yang lainnya, baik yang disebutkan oleh penulis maupun yang tidak, merupakan salah satu pintu untuk memperbaiki diri seorang hamba.
Hendaknya pula ia berhati-hati untuk tidak sekadar bersandar pada sangkaan baik kepada Allah, sedangkan ia terus lalai dan meremehkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
====
عِنْدَما يَكونُ الْعَبْدُ فِي انْقِطَاعِ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ وَهُوَ عَلَى الْإِسْرَافِ وَالْإِقَامَةِ عَلَى ذُنُوبِهِ وَمَعَاصِيْهِ فَإِنَّهُ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ يَكُونُ عَلَى خَطَرٍ عَظِيمٍ عَلَى خَطَرٍ عَظِيمٍ
وَأَنَّ الْوَاجِبَ عَلَيْهِ أَنْ يُعِدَّ لِهَذَا الْيَوْمِ عُدَّتَهُ لِأَنَّ أَعْمَالَهُ الَّتِي قَدَّمَهَا فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ سَتَأْتِيْهِ فِي قَبْرِهِ عَلَى صُورَةِ رَجُلٍ
فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً جَاءَتْ عَلَى صُورَةِ رَجُلٍ صَالِحٍ جَاءَتْ صِفَتُهُ فِي الْحَدِيثِ بِأَنَّهُ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيْحِ فَتَأْتِي أَعْمَالُهُ عَلَى صُورَةِ رَجُلٍ صَالِحٍ مُبَشِّرَةً لَهُ
لَكِنْ إِذَا كَانَتْ أَعْمَالُ الرَّجْلِ خَبِيثَةً سَيِّئَةً فَإِنَّهُ يَأْتِيْهِ عَمَلُهُ عَلَى صُورَةِ رَجُلٍ قَبِيحٍ قَبِيحِ الْوَجْهِ قَبِيحِ الثِّيَابِ مُنْتِنِ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِيْ يَسُوْؤُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوْعَدُ فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ
هَذَا الْحَدِيثُ فِيْهِ إِيقَاظٌ لِلْعَبْدِ إِيقَاظٌ عَظِيمٌ جِدًّا بِأَنْ يَعْمَلَ عَلَى إِصْلَاحِ عَمَلِهِ لِأَنَّ عَمَلَهُ إِنْ كَانَ صَالِحًا كَان مُؤْنِسًا لَهُ فِي وَحْشَةِ الْقَبْرِ مُبَشِّرًا لَهُ يَأْتِيهِ عَلَى أَحْسَنِ صُورَةٍ وَأَجْمَلِ هَيْئَةٍ وَإِذَا كَانَ عَمَلُهُ سَيِّئًا خَبِيثًا فَإِنَّه سَيَأْتِيْهِ عَلَى هَذِهِ الصُّورَةِ السُّوءِ الْخُبْثِ مُبَشِّرًا بِمَا يَسُوءُ الْمَرْءَ
فَوَجَبَ عَلَى كُلِّ نَاصِحٍ لِنَفْسِهِ أَنْ يُعِدَّ لِهَذَا الْيَوْمِ عُدَّتَهُ وَأَنْ يَعْلَمَ أَنَّ هَذِهِ الْحُفْرَةَ سَيُدْرَجُ فِيهَا وَلَا بُدَّ
رُبَّمَا ظَنَّ أَنَّهُ يَعِيشُ عُمُرًا طَوِيْلًا وَمَا عَلِمَ أَنَّهُ سَيُدْرَجُ فِيهَا فِي الْغَدِ حَتَّى وَإِنْ كَانَ شَابًّا
وَلِهَذَا قَالَ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ تَذَكُّرُوا أَوْ أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ فَذِكْرُ هَذَا الْيَوْمِ وَذِكْرُ هَذِهِ التَّفَاصِيلِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَفِي غَيْرِهِ مِمَّا ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ وَمَا لَمْ يَذْكُرْ هُوَ بَابٌ مِنْ أَبْوَابِ إِصْلَاحِ الْعَبْدِ
وَأَنْ يَحْذَرَ مِنِ الِاتِّكَالِ عَلَى حُسْنِ الظَّنِّ بِاللَّهِ مُفَرِّطًا وَمُضَيِّعًا فِي جَانِبِ طَاعَةِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى