Pertanyaan: Wahai Fadhilatus Syaikh, Anda telah menjelaskan—semoga Allah menjaga Anda—bahwa ikhlas dalam menuntut ilmu adalah kewajiban. Dari keikhlasan itu, muncullah amal, dan amal itu pun akan mengikuti keikhlasan. Namun, terkadang seseorang memulai (menuntut ilmu) dengan ikhlas, lalu muncul riya dalam dirinya. Karena kekhawatirannya terhadap dirinya, apa yang sebaiknya ia lakukan? Apakah ia harus meninggalkan menuntut ilmu, atau terus melanjutkannya sambil tetap berjihad melawan dirinya, meski riya terus datang?
Pertanyaan ini penting dan banyak terjadi dalam menuntut ilmu dan ibadah-ibadah tertentu. Riya dan ujub (kagum pada diri sendiri) bisa saja muncul pada diri seseorang. Lalu, apakah ia harus meninggalkan amal tersebut ataukah ia harus terus berjihad melawan dirinya selama ia tahu bahwa amalan itu bermanfaat dan ia terus melanjutkannya sambil mengabaikan riya ini?
Jawaban yang benar adalah yang kedua: ia harus tetap melanjutkan. Ia harus melawan dirinya, mengabaikan riya itu, dan berpaling darinya. Sebab jika ia meninggalkannya untuk beralih ke amalan lain, setan pun akan datang kepadanya saat melakukan amalan lain itu. Setan akan terus mengejarnya dan membayanginya hingga ia tidak lagi beramal sama sekali.
Maka nasihatku untuk penuntut ilmu yang dalam hatinya muncul riya atau ujub, hendaknya ia mengabaikannya dan tetap melanjutkan menuntut ilmu, serta berpaling dari riya dan ujub itu.
Para sahabat pun pernah mengeluhkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka merasakan dalam diri mereka bisikan setan yang sangat mereka benci, hingga lebih baik salah seorang dari mereka jatuh dari langit daripada mengucapkannya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi mereka dua arahan dalam dua kata:
Beliau bersabda: “Hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan berhenti (memikirkannya).” (HR. Bukhari).
Maka apabila ada sesuatu yang mengganggu ibadahmu, atau muncul waswas dalam urusan-urusanmu, dan kamu tidak mungkin menceritakan apa yang ada dalam hatimu karena waswas tersebut, maka ucapkanlah: “A-’UUDZU BILLAAHI MINASY SYAITHOONIRROJIIM (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk),” lalu hentikan pikiran itu, dan berpalinglah darinya! Niscaya waswas itu akan hilang.
====
سُؤَالٌ يَقُولُ فَضِيلَةَ الشَّيْخِ بَيَّنْتُمْ حَفِظَكُمُ اللَّهُ أَنَّ الْإِخْلَاصَ فِي الْعِلْمِ وَاجِبٌ وَيَتَعَيَّنُ بِذَلِكَ الْعَمَلُ وَيَتْبَعُهُ بِذَلِكَ الْعَمَلُ لَكِنْ قَدْ يَبْدَأُ الْإِنْسَانُ مُخْلِصًا وَيَدْخُلُهُ الرِّيَاءُ فَلِخَوفِهِ عَلَى نَفْسِهِ مَاذَا يَفْعَلُ؟ هَلْ يَتْرُكُ أَوْ يُوَاصِلُ مَعَ الْمُجَاهَدَةِ مَعَ أَنَّهُ يُعَاوِدُهُ فِي كُلِّ مَرَّةٍ؟
السُّؤَالُ هَذَا مُهِمٌّ وَهُوَ وَاقِعٌ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ وَفِي الْعِبَادَاتِ الْخَاصَّةِ أَنَّهُ يَطْرَأُ عَلَى الْإِنْسَانِ الرِّيَاءُ وَالْعُجْبُ فَهَلْ يَدَعُ هَذَا الْعَمَلَ أَوْ يُجَاهِدُ نَفْسَهُ مَا دَامَ يَعْرِفُ أَنَّ فِيهِ مَصْلَحَةً وَيَسْتَمِرُّ وَيَتَنَاسَى هَذَا؟
الْجَوَابُ الثَّانِي يَسْتَمِرُّ وَيُجَاهِدُ نَفْسَهُ وَيَتَنَاسَى هَذَا وَيُعْرِضُ عَنْهُ لِأَنَّهُ لَوْ تَرَكَهُ إِلَى عَمَلٍ آخَرَ فَسَوْفَ يَأْتِيهِ الشَّيْطَانُ أَيْضًا فِي الْعَمَلِ الْآخَرِ وَسَوْفَ يُطَارِدُهُ وَيُلَاحِقُهُ حَتَّى يَصِلَ إِلَى أَنْ لَا يَعْمَلَ
فَنَصِيحَتِيْ لَهُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ الَّذِي حَصَلَ فِي قَلْبِهِ رِيَاءٌ أَوْ عُجْبٌ أَنْ يَدَعَ ذَلِكَ وَأَنْ يَسْتَمِرَّ فِي طَلَبِهِ وَأَنْ يَتَلَهَّى عَنْهُ
وَقَدْ شَكَا الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ يَجِدُونَ فِي نُفُوسِهِمْ مِنْ وَسَاوِسِ الشَّيْطَانِ مَا يُحِبُّ أَحَدُهُمْ أَنْ يَخِرَّ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا يَتَكَلَّمُ بِهِ فَأَمَرَهُمْ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَمْرَيْنِ فِي كَلِمَتَيْنِ
قَالَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
فَإِذَا طَرَأَ عَلَيْكَ كُلُّ شَيْءٍ يُفْسِدُ عِبَادَتَكَ أَوْ يَدْخُلُ عَلَيْكَ الْوَسَاوِسُ فِي أُمُورٍ لَا يُمْكِنُ أَنْ تَتَحَدَّثَ بِمَا فِي قَلْبِكَ مِنَ الْوَسْوَسَةِ فَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَانْتَهِ عَنْ هَذَا وَأَعْرِضْ وَسَوْفَ يَزُولُ