Tanyakanlah pada dirimu pertanyaan ini, wahai saudaraku:
“Jika aku meninggal dunia, peninggalan apa yang dapat kutinggalkan?” “Apa peninggalan baik yang dapat aku wariskan?” “Amalan apa yang pahalanya terus mengalir untukku setelah kematianku?” Tanyakanlah pada dirimu pertanyaan ini!
Berusahalah agar engkau memiliki amalan dan peninggalan baik yang manfaatnya terus mengalir untukmu setelah kematianmu. Agar pahala-pahala kebaikan terus mengalir saat kamu berada dalam kuburmu, sehingga kamu merasa gembira dengan peninggalan-peninggalan itu.
Wahai saudara-saudara, dalam kenyataan kita melihat banyak orang kaya yang meninggal dunia tanpa meninggalkan jejak kebaikan. Tidak ada sedekah, tidak ada wakaf, dan tidak pula amal serupa. Bahkan sering kali mereka dilupakan oleh ahli warisnya, sehingga tidak dilakukan amal apa pun untuk mereka. Tentu ini tanda minimnya taufik yang dia dapatkan.
Oleh sebab itu, tidak selayaknya seorang insan hanya bersandar pada apa yang akan dilakukan anak keturunan atau keluarganya untuknya setelah kematiannya. Namun, selama masih hidup, hendaklah ia berusaha mewujudkan peninggalan-peninggalan baik yang pahalanya tetap mengalir untuknya setelah kematiannya. Misalkan dengan bersedekah jariyah, atau bentuk peninggalan baik lainnya yang bermanfaat baginya setelah wafat.
Maka kita harus berusaha untuk hal ini, yaitu mewujudkan peninggalan-peninggalan baik yang tetap ada setelah kematian kita. Kita juga harus bersegera melakukan ini, karena sebagian orang menginginkan hal ini, ingin memiliki peninggalan-peninggalan baik, dan ingin punya sedekah jariyah, tetapi ia terus menunda-nunda, mengira umurnya akan panjang. Tiba-tiba saja kematian datang menghampirinya. Saat itu, ia menyesal, padahal penyesalan sudah tidak berguna lagi.
Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak layak bagi seorang muslim yang melewati dua malam, sedangkan ia memiliki sesuatu yang harus diwasiatkan, kecuali wasiatnya tertulis di sisinya.” (HR. Bukhari & Muslim). Ibnu Umar berkata, “Aku tidak pernah lalai menulis wasiatku sejak aku mendengar sabda ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
=====
وَاطْرَحْ يَا أَخِي اطْرَحْ عَلَى نَفْسِكَ هَذَا السُّؤَالَ
إِذَا مِتُّ فَمَا هِيَ الْآثَارُ الَّتِي خَلَّفْتُهَا؟ مَا هِيَ الْآثَارُ الْحَسَنَةُ الَّتِي خَلَّفْتُهَا؟ وَمَا هِيَ الْأَعْمَالُ الَّتِي يَجْرِي لِي ثَوَابُهَا بَعْدَ مَمَاتِي؟ اطْرَحْ عَلَى نَفْسِكَ هَذَا السُّؤَالَ
احْرِصْ عَلَى أَنْ يَكُونَ لَكَ أَعْمَالٌ حَسَنَةٌ وَآثَارٌ يَجْرِي نَفْعُهَا لَكَ بَعْدَ مَمَاتِكَ حَتَّى تَدُرَّ عَلَيْكَ حَسَنَاتٌ وَأَنْتَ فِي قَبْرِكَ فَتَغْتَبِطُ بِهَذِهِ الْآثَارِ
وَنَجِدُ أَيُّهَا الإِخْوَةُ فِي الْوَاقِعِ نَجِدُ أَثْرِيَاءَ يَمُوتُونَ وَلَا يُخَلِّفُونَ آثَارًا لَا صَدَقَاتٌ وَلَا أَوْقَافٌ وَلَا أَيُّ شَيْءٍ وَرُبَّمَا يَنْسَاهُمْ وَرَثَتُهُمْ فَلَا يَجْعَلُونَ لَهُمْ شَيْئًا مِنْ هَذَا وَهَذَا مِنْ قِلَّةِ التَّوْفِيْقِ
وَلِهَذَا لَا يَعْتَمِدُ الْإِنْسَانُ عَلَى مَا سَيَفْعَلُهُ لَهُ أَوْلَادُهُ أَوْ أَهْلُهُ بَعْدَ مَمَاتِهِ بَلْ مَا دَامَ حَيًّا يَحْرِصُ عَلَى أَنْ يَجْعَلَ لَهُ آثَارًا حَسَنَةً يَجِدُ لَهُ أَجْرَهَا وَثَوَابَهَا بَعْدَ مَمَاتِهِ يَجْعَلُ لَهُ صَدَقَةً جَارِيَةً يَجْعَلُ لَهُ مَا يَنْفَعُهُ بَعْدَ مَمَاتِهِ مِنَ الْآثَارِ الْحَسَنَةِ
فَيَنْبَغِي أَيُّهَا الإِخْوَةُ أَنْ نَحْرِصَ عَلَى هَذَا عَلَى أَنْ نُوجِدَ آثَارًا حَسَنَةً تَبْقَى لَنَا بَعْدَ مَمَاتِنَا وَيَنْبَغِي الْمُبَادَرَةُ لِذَلِكَ فَإِنَّ بَعْضَ النَّاسِ يَرْغَبُ فِي هَذِهِ الْأُمُورِ وَيَرْغَبُ فِي أَنْ تَكُونَ لَهُ آثَارٌ حَسَنَةٌ وَأَنْ يَجْعَلَ لَهُ صَدَقَةً جَارِيَةً لَكِنَّهُ يُسَوِّفُ وَيُسَوِّفُ وَيَظُنُّ أَنَّ الْعُمْرَ سَيَطُولُ وَيَمْتَدُّ بِهِ فَإِذَا بِهِ قَدْ بَغَتَهُ الْمَوْتُ فَجْأَةً وَحِينَئِذٍ نَدِمَ حِينَ لَا يَنْفَعُ النَّدَمُ
وَلِهَذَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ وَعِنْدَهُ شَيْءٌ يُرِيدُ أَنْ يُوصِيَ فِيهِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ مَا تَرَكْتُ كِتَابِةَ وَصِيَّتِي مُنْذُ سَمِعْتُ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ