Sebab Turunnya Keberkahan pada Harta – Syaikh Sa’ad al-Khatslan #NasehatUlama

Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkata:

“Aku pernah meminta harta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau memberiku. Lalu aku memintanya lagi kepada beliau, dan beliau memberiku. Lalu aku memintanya lagi kepada beliau, dan beliau memberiku.

Kemudian beliau bersabda: ‘Wahai Hakim, sungguh harta ini menarik dan manis.

Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan diberkahi dalam harta itu.

Dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang serakah, ia tidak diberkahi dalam harta itu.

Lalu ia seperti orang yang makan dan minum, tapi tidak juga kenyang.

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.’

Hakim lalu berkata: ‘Demi Allah! Aku tidak akan meminta kepada seorang pun setelah engkau ini, wahai Rasulullah!’” (HR. Bukhari) Yakni aku tidak akan meminta apa pun kepada siapa pun.

Hingga pada kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, beliau ingin memberi Hakim haknya, tapi ia menolak.

Begitupun pada kekhalifahan Umar, beliau ingin memberi Hakim haknya, tapi ia juga menolak.

Umar pun berkata: “Aku menjadikan kalian sebagai saksi, bahwa aku telah memberikan haknya, tapi ia enggan menerimanya.”

Pertama, lihatlah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan seorang Sahabat ini.

Sahabat ini, semoga Allah meridainya, dulunya tidak menyadari makna-makna ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada mulanya memenuhi permintaannya, juga pada kali kedua dan ketiga.

Lalu Nabi memberinya nasihat ini dengan penuh kelembutan, sehingga tersentuh hatinya, sampai-sampai ia bertekad untuk tidak meminta sesuatu kepada siapa pun setelah itu.

Selain itu, perhatikan juga untaian kalimat agung ini, yang menjadi nasihat yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hakim, dan ini juga menjadi nasihat bagi umat beliau seluruhnya:

“Sungguh harta ini menarik dan manis…” Harta sangatlah disukai setiap jiwa.

Sebagaimana firman Allah: “Dan kalian mencintai harta dengan cinta yang berlebihan.” (al-Fajr: 20).

“Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati…” Yakni barang siapa yang mengambil harta ini dengan kelapangan hati, “…maka ia akan diberkahi dalam harta itu.”

Kemurahan hati merupakan salah satu sebab turunnya keberkahan. Makna kemurahan hati adalah seseorang tidak terpaut hatinya dengan harta tersebut, dan tidak punya keserakahan, ketamakan, dan rakus.

Maka dari itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda setelah itu:

“Dan barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang serakah…” Yakni dengan keterpautan, ketamakan, dan kerakusan terhadap harta itu. “…maka ia tidak diberkahi dalam harta itu…”

Keterpautan, ketamakan, dan kerakusan terhadap harta termasuk sebab dicabutnya keberkahan dari harta itu.

“…maka ia tidak diberkahi dalam harta itu, dan ia seperti orang yang makan dan minum, tapi tidak juga kenyang.”

Lalu Nabi ‘alaihis shalatu wassalam bersabda: “…Dan tangan yang di atas…” Yakni tangan yang berinfak dan memberi.

“…lebih baik daripada tangan yang di bawah…” Yaitu tangan yang menerima pemberian.

Hendaklah seorang Muslim menghadirkan hakikat-hakikat ini dalam dirinya.

Dan jika ia menerima harta, ia menerimanya dengan kemurahan hati.

Karena ini salah satu sebab turunnya keberkahan pada harta.

Dan menjauhkan diri dari keserakahan jiwa, dari keterpautan kuat terhadap harta, dari kerakusan, dan ketamakan.

Karena sesungguhnya sifat-sifat ini menjadi sebab dicabutnya keberkahan dari harta tersebut.

====

جَاءَ فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي

ثُمَّ قَالَ يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ

فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ

وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ

وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

قَالَ حَكِيمٌ وَاللَّهِ لَا أَرْزَؤُ بَعْدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدًا أَبَدًا يَعْنِي لَا أَطْلُبُ مِنْ أَحَدٍ شَيْئًا

فَكَانَ فِي خِلَافِةِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ يُعْطِيْهِ أَبُو بَكْرٍ حَقَّهُ مِنَ الْعَطَاءِ فَيَأْبَى

وَفِي خِلَافَةِ عُمَرَ يُعْطِيْهِ حَقَّهُ فَيَأْبَى

فَيَقُولُ عُمَرُ أُشْهِدُكُمْ أَنِّي أُعْطِيْهِ حَقَّهُ وَأَنَّهُ يَأْبَى ذَلِكَ

فَانْظُرْ كَيْفَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلًا كَيْفَ تَعَامَلَ مَعَ هَذَا الصَّحَابِيِّ

هَذَا الصَّحَابِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ غَافِلًا عَنْ هَذِهِ الْمَعَانِي أَعْطَاهُ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِي الْمَرَّةِ الْأُولَى ثُمَّ الثَّانِيَةِ ثُمَّ الثَّالِثَةِ

ثُمَّ قَدَّمَ لَهُ هَذِهِ النَّصِيحَةَ بِلُطْفٍ وَلِيْنٍ فَتَأَثَّرَ بِهَا لِدَرَجَةِ أَنَّهُ قَرَّرَ مِنْ ذَلِكَ الْحِينِ أَنَّهُ لَا يَسْأَلُ أَحَدًا شَيْئًا

ثُمَّ تَأَمَّلْ فِي هَذِهِ الْكَلِمَاتِ الْعَظِيمَةِ الَّتِي نَصَحَ بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكِيمًا وَهِي نَصِيحَةٌ لِلْأُمَّةِ جَمِيْعًا

إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ الْمَالُ مَحْبُوبٌ لِلنُّفُوسِ

كَمَا قَالَ رَبُّنَا سُبْحَانَهُ وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ يَعْنِي مَنْ أَخَذَ هَذَا الْمَالَ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ

فَسَخَاوَةُ النَّفْسِ مِنْ أَسْبَابِ حُلُولِ الْبَرَكَةِ مَعْنَى سَخَاوَةِ النَّفْسِ أَنْ لَا يَتَعَلَّقَ الْإِنْسَانُ بِهَذَا الْمَالِ وَأَنْ لَا يَكُونَ عِنْدَهُ إِشْرَافٌ وَطَمَعٌ وَجَشَعٌ

وَلِهَذَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بَعْدَ ذَلِكَ

وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ يَعْنِي بِتَعَلُّقٍ وَجَشَعٍ وَطَمَعٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ

التَّعَلُّقُ وَالجَشَعُ وَإِشْرَافُ النَّفْسِ مِنْ أَسْبَابِ نَزْعِ الْبَرَكَةِ فِي الْمَالِ

لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

ثُمَّ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا وَهِيَ الْمُنْفِقَةُ وَالْمُعْطِيَةُ

خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَهِيَ الْآخِذَةُ

فَيَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَسْتَحْضِرَ هَذِهِ الْمَعَانِيَ

وَإِذَا أَخَذَ الْمَالَ يَأْخُذُهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ

فَإِنَّ هَذَا مِنْ أَسْبَابِ حُلُولِ الْبَرَكَةِ فِي الْمَالِ

وَأَنْ يَبْتَعِدَ عَنْ إِشْرَافِ النَّفْسِ وَعَنِ التَّعَلُّقِ الشَّدِيْدِ بِالْمَالِ وَعَنِ الجَشَعَ وَالطَّمَعِ

فَإِنَّ هَذِهِ الْمَعَانِيَ تَكُونُ سَبَبًا لِنَزْعِ الْبَرَكَةِ مِنْ هَذَا الْمَالِ

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.