Telah kita ketahui bahwa Shalat Malam, selain Shalat Fardhu dan Shalat Sunnah Rawatib, terbagi menjadi dua jenis.
Jenis pertama adalah shalat yang dikerjakan di antara waktu Maghrib dan Isya. Ini merupakan sunnah yang bisa dikerjakan sesekali. Yakni seorang mukmin mendirikan shalat setelah selesai Shalat Maghrib beberapa rakaat yang mencakup seluruh waktu antara Maghrib dan Isya, atau sebagian waktunya, antara Maghrib dan Isya. Mengerjakan shalat ini sesekali termasuk sunnah yang shahih, yang diriwayatkan dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan secara shahih pula bahwa para Sahabat dan generasi salaf biasa melaksanakannya.
Adapun jenis kedua adalah Shalat Qiyamul Lail, dan termasuk di dalamnya Shalat Witir. Yaitu seorang mukmin laki-laki atau perempuan mendirikan shalat di antara waktu setelah Shalat Isya hingga azan Subuh. Permulaan waktu shalat ini adalah setelah Shalat Isya. Maka, siapa yang telah melaksanakan Shalat Isya, waktu Qiyamul Lail baginya telah dimulai. Bahkan jika ia menjamak Shalat Isya dengan Shalat Maghrib, selama ia memang termasuk orang yang diperbolehkan menjamak, maka waktu Qiyamul Lail dan Witir tetap berlaku baginya. Waktu tersebut berlangsung hingga muazin mengumandangkan azan Subuh, azan yang menjadi tanda berhentinya makan dan minum bagi orang yang berpuasa, yaitu saat fajar shadiq muncul.
Inilah yang dijelaskan oleh As-Sunnah: “Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Apabila salah seorang dari kalian khawatir waktu Subuh tiba, maka hendaklah ia menyempurnakannya dengan Shalat Witir, meskipun hanya satu rakaat.” Dahulu, sebagian salaf tetap mengerjakan Shalat Witir meskipun azan Subuh telah berkumandang. Namun, berdasarkan dalil yang paling kuat—dan Allah lebih mengetahui—dari As-Sunnah, bahwa waktu Qiyamul Lail, termasuk Witir, berakhir dengan terbitnya fajar shadiq.
Selain itu, shalat Qiyamul Lail memiliki waktu qadha (menggantinya karena waktunya telah berlalu) bagi orang yang terlewat mendirikannya di malam hari. Waktu qadha tersebut adalah antara saat matahari telah naik setinggi tombak hingga tiba waktu Shalat Zhuhur. Inilah waktu untuk mengqadha Shalat Qiyamul Lail.
Qiyamul Lail merupakan ibadah yang mulia, besar sekali pahalanya, sangat agung pengaruhnya, serta hasil dan faedahnya penuh berkah. Ia ditegaskan dalam Kitabullah, dan dalam sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui amalan beliau, karena dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam konsisten mengerjakan Qiyamul Lail, baik ketika sedang mukim atau safar, dalam keadaan sehat maupun sakit.
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau. Shalat Malam juga ditegaskan melalui lisan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
======
قَدْ عَلِمْنَا أَنَّ الصَّلَاةَ فِي اللَّيْلِ غَيْرَ الْفَرِيضَةِ وَغَيْرَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ نَوْعَانِ
النَّوْعُ الْأَوَّلُ مَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَهَذِهِ سُنَّةٌ تُفْعَلُ أَحْيَانًا أَنْ يُصَلِّيَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ رَكَعَاتٍ يَسْتَوْعِبُ بِهَا مَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ أَوْ بَعْضَ الْوَقْتِ مِمَّا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ هَذِهِ فِعْلُهَا أَحْيَانًا سُنَّةٌ ثَابِتَةٌ عَنْ نَبِيِّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ الصَّحَابَةَ وَالسَّلَفَ كَانُوا يَفْعَلُونَهَا
وَأَنَّ النَّوْعَ الثَّانِي هُوَ قِيَامُ اللَّيْلِ وَمِنْهُ الْوِتْرُ وَهُوَ أَنْ يُصَلِّي الْمُؤْمِنُ أَوْ الْمُؤْمِنَةُ مَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى أَذَانِ الْفَجْرِ فَأَوَّلُ وَقْتِ هَذِهِ الصَّلَاةِ بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ فَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ دَخَلَ وَقْتُ قِيَامِ اللَّيْلِ فِي حَقِّهِ حَتَّى لَوْ كَانَ قَدْ صَلَّاهَا جَمْعًا مَعَ الْمَغْرِبِ إِنْ كَانَ مِمَّنْ لَهُ أَنْ يَجْمَعَ فَإِنَّ وَقْتَ الْقِيَامِ وَالْوِتْرِ يَدْخُلُ فِي حَقِّهِ إِلَى أَنْ يُؤَذِّنَ الْمُؤَذِّنُ لِلْفَجْرِ الْأَذَانُ الَّذِي يَكُونُ مَعَهُ الْإِمْسَاكُ لِلصَّائِمِ إِذَا طَلَعَ الفَجْرُ الصَّادِقُ
هَذَا الَّذِي دَلَّتْ عَلَيْهِ السُّنَّةُ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الْفَجْرَ فَلْيُوتِرْ وَلَوْ بِرَكْعَةٍ وَقَدْ كَانَ بَعْضُ السَّلَفِ يُوتِرُونَ وَلَوْ أَذَّنَ الْفَجْر إِلَّا أَنَّ الَّذِي يَظْهَرُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ مِنْ دَلَالَاتِ السُّنَّةِ أَنَّ وَقْتَ قِيَامِ اللَّيْلِ بِمَا فِيهِ الْوِتْرُ يَنْتَهِي بِطُلُوعِ الْفَجْرِ الصَّادِقِ
ثُمَّ إِنَّ هَذَا الْقِيَامَ لِلَّيْلِ لَهُ وَقْتُ قَضَاءٍ لِمَنْ فَاتَهُ وِرْدُهُ مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مَا بَيْنَ ارْتِفَاعِ الشَّمْسِ قَيْدَ رُمْحٍ إِلَى صَلَاةِ الظُّهْرِ فَهَذَا وَقْتُ قَضَاءِ قِيَامِ اللَّيْلِ
وَقِيَامُ اللَّيْلِ عِبَادَةٌ شَرِيفَةٌ كَبِيرَةٌ أُجُورُهَا عَظِيمَةٌ ثِمَارُهَا مُبَارَكَةٌ عَوَائِدُهِا وَفَوَائِدُهَا ثَبَتَتْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَبِسُنَّة النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفِعْلِيَّةِ حَيْثُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوَاظِبُ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ حَضَرًا وَسَفَرًاصَحِيحًا وَمَرِيضًا
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَثَبَتَتْ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَوْلِيَّةِ