Dimana Allah? Dialog Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dengan Mualaf – Syaikh Abdurrazzaq al-Badr

Suatu ketika aku bertemu dengan seorang tamu, yang dulunya seorang nasrani, lalu dia masuk Islam, sebagaimana dia sendiri yang bercerita padaku.

Setelah itu, ia bergabung dengan satu lembaga yang mengajarkan akidah dengan metodologi ahli kalam.

Lalu aku bertanya kepadanya: “Apa yang kamu pelajari tentang sifat al-ʿUluw (Kemahatinggian Allah)?”

Dia menjawab: “Kami mempelajarinya sebagaimana yang dijelaskan oleh guru kami bahwa Allah itu tidak di atas dan tidak pula di bawah…” dan seterusnya.

Aku tanya: “Apa saja dalil yang dikatakan padamu tentang ini?”

Dia berkata: “Dia menyebutkan dalil-dalil logika yang kuat dan meyakinkan.”

Aku tanya kembali: “Ada yang kamu ingat dalil-dalil itu?” Dia jawab: “Tidak.”

Dia hanya berkata: “Ucapan logis yang meyakinkan.”

Aku lalu bertanya: “Dia tidak menyebutkan satu pun dalil dari al-Quran dan Hadis?”

Dia jawab: “Tidak.”
Lantas aku katakan: “Agama Islam ini sumbernya adalah al-Quran dan Hadis.”

Aku mulai membacakan kepadanya beberapa ayat al-Quran yang berkaitan dengan penetapan sifat Kemahatinggian Allah, serta beberapa Hadis tentang hal tersebut.

Aku juga menjelaskan maknanya sesuai kebutuhan agar bisa ia pahami. Akhirnya, makna sifat Kemahatinggian Allah itu menjadi jelas baginya.

Dia adalah seorang laki-laki yang tampak jujur dalam keislamannya. Seseorang yang sepanjang hidupnya mencari kebenaran.

Lalu dia bertanya: “Mengapa mereka menyembunyikan al-Quran dan Hadis dariku?”

“Padahal aku menginginkan agama Allah sebagaimana yang ada dalam Kitab-Nya dan Sunah Nabi-Nya Ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam.”

“Mengapa mereka menyembunyikan al-Quran dan Hadis dariku?”

Aku jawab: “Jangan tanyakan itu padaku, tanyakan pada mereka.”

“Biar bagaimanapun, inilah agama Allah. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya Ṣallallāhu ʿalaihi wa sallam.”

Intinya, diskusiku dengannya cukup lama, tapi poin pentingnya adalah satu pertanyaan yang aku tanyakan kepadanya: “Ketika kamu masih Nasrani apa yang kamu yakini dalam masalah di mana Allah?”

Dia jawab: “Di langit,” tapi setelah dia masuk Islam, keyakinan ini diubah berdasarkan kaidah-kaidah batil ala ahli kalam. Semoga Allah Melindungi kita.

Demikian.

=====

مَرَّةً لَقِيتُ زَائِرًا كَانَ نَصْرَانِيَّا كَمَا أَخْبَرَنِي وَأَسْلَمَ

وَالْتَحَقَ بِمَكَانٍ تُدَرَّسُ فِيهِ الْعَقِيدَةُ عَلَى طَرِيقَةِ الْمُتَكَلِّمِينَ

فَتَبَاحَتُّ مَعَهُ مَاذَا أَخَذْتَ فِي مَسْأَلَةِ الْعُلُوِّ

قَالَ أَخَذْنَا فِيهَا كَمَا بَيَّنَ الْأُسْتَاذُ أَنَّ اللهَ لَا فَوْقَ وَلَا تَحْتَ وَإِلَى آخِرِهِ

قُلْتُ لَهُ: مَاذَا ذَكَرَ لَكَ مِنَ الْأَدِلَّةِ عَلَى ذَلِكَ؟

فَقَالَ لِي: ذَكَرَ أَدِلَّةً عَقْلِيَّةً قَوِّيَّةً مُقْنِعَةً

قُلْتُ: يَحْضُرُكَ شَيْءٌ مِنْهَا ؟ قَالَ: لَا

قَالَ: كَلَامٌ مُقْنِعٌ عَقْلِيٌّ

قُلْتُ: مَا ذُكِرَ لَكَ مِنَ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ شَيْءٌ؟

قَالَ: لَا. قُلْتُ: الدِّينُ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ

وَأَخْذْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ آيَاتٍ عَدِيدَةً مِنَ الْقُرْآنِ فِي إِثْبَاتِ الْعُلُوِّ وَأَحَادِيثَ عَدِيدَةً فِي إِثْبَاتِ الْعُلُوِّ

وَمَا احْتَاجَ إِلَى تَوْضِيحٍ يُوَضِّحُ لَهُ مَعْنَاهُ فَاتَّضَحَ لَهُ الْمَعْنَى

وَهُوَ رَجُلٌ يَعْنِي يَظْهَرُ أَنَّهُ أَسْلَمَ وَفِي حَيَاتِهِ تَحَرَّى الْحَقَّ وَيَبْحَثُ عَنِ الْحَقِّ

فَقَالَ: لِمَاذَا كَتَمُوا عَنِّي الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ؟

أَنَا أُرِيدُ دِيْنَ اللهِ الَّذِي جَاءَ بِهِ كِتَابُهُ وَسُنَّةُ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

لِمَاذَا كَتَمُوا عَنِّي الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ؟

قُلْتُ: لَا تَسْأَلْنِي عَنْهُ اسْأَلْهُمْ

وَإِلَّا هَذَا هُوَ دِيْنُ اللهِ، قَالَ الله قَالَ رَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَوْضِعُ الشَّاهِدِ طَالَ حَدِيثِي مَعَهُ لَكِنْ مَوْضِعُ الشَّاهِدِ سَأَلْتُهُ سُؤَالًا قُلْتُ لَهُ: لَمَّا كُنْتَ نَصْرَانِيًّا مَاذَا تَعْتَقِدُ فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ أَيْنَ اللهِ؟

قَالَ: فِي السَّمَاءِ. فَلَمَّا أَسْلَمَ حُرِفَتْ هَذِهِ الْعَقِيدَةُ بِنَاءً عَلَى الْقَوَاعِدِ الْبَاطِلَةِ قَوَاعِدِ الْمُتَكَلِّمِينَ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ

نَعَمْ

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.