Hadis ini termasuk wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat agung. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meringkasnya dengan bersabda: “Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau musafir.” (HR. Bukhari).
Karena orang asing dan musafir hanya membawa bekal secukupnya. Orang asing tahu bahwa sebanyak apa pun harta yang ia miliki di negeri ini, ia tidak mampu membawa rumahnya, apalagi anak-anaknya, bersamanya, terlebih lagi pada zaman dulu. Mustahil memindahkan mereka bersamanya ke negeri lain. Sehingga dia mencukupkan diri dengan sedikit saja.
Oleh sebab itu, jika seorang insan sudah mendekat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan telah menunaikan kewajiban-kewajibannya, hendaklah ia berusaha agar hatinya tidak terpaut pada dunia. Saya tidak katakan ini untuk semua orang, karena setiap orang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, sikap warak (menjauhi perkara yang belum jelas) dan hati-hati tinggi tidak dapat dianjurkan kepada setiap orang. Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis-hadis tentang warak tidak beliau ajarkan kecuali kepada beberapa muridnya saat beliau melihat ada sifat warak pada diri mereka, seperti Abdul Wahab Al-Warraq dan Abu Bakar Al-Marrudzi. Abu Bakar Al-Marrudzi sendiri termasuk orang paling tahu dan paling banyak menghimpun ucapan Imam Ahmad tentang warak. Bahkan Imam Ahmad memberikan kepadanya kitab khusus tentang warak.
Maksud saya, sikap warak merupakan sikap yang agung, dan hanya dimiliki orang-orang pilihan. Seorang insan hendaknya tidak memulai hidupnya dengan sikap warak, terlebih lagi jika ia masih muda. Sebab, jika terlalu ketat sejak awal, ia justru tidak kuat. Jangan terlalu manis sehingga ditelan, dan jangan juga terlalu pahit sehingga diludahkan. Jika seseorang langsung memulai perkaranya dengan ketat, bisa jadi ia akan patah sendiri. Namun, jika dia melatih diri hingga dirinya terbiasa, hati dan jasadnya terbiasa dengan ketaatan, maka setelah itu ia boleh melangkah ke perkara yang berkaitan dengan zuhud dan warak. Seperti ucapan Abdullah bin Al-Mubarak:
“Aku membiasakan diriku selama empat puluh tahun untuk Shalat Malam, lalu ia pun menikmatinya selama empat puluh tahun.”
Hanya sedikit, orang yang mampu terbiasa dengan cepat. Sedangkan mayoritas orang membutuhkan latihan. Oleh sebab itu, mayoritas orang yang benar-benar mendekat kepada Allah adalah mereka yang telah lanjut usia. Jika ada orang lanjut usia yang menyelisihi kaidah ini, maka ia termasuk salah satu dari tiga golongan yang tidak dilihat dan diajak bicara oleh Allah di Hari Kiamat, serta mendapat azab pedih: yaitu lansia yang berzina. Sebab, pada usia senja, godaan dunia telah melemah dalam hatinya. Ia telah bosan dengan dunia, kenyang dengannya, dan telah menyaksikan banyak hal. Dorongan syahwat dalam dirinya pun sudah berkurang. Maka, jika dalam keadaan demikian ia masih berzina, dosanya lebih besar. Padahal, dorongan untuk bertakwa dan bersikap warak pada usia tua itu justru lebih kuat.
Tujuan saya adalah: seorang insan hendaknya melatih dirinya, meski tidak secara total, agar tidak terlalu memaksakan diri, dalam upaya tidak terpaut pada dunia, kecuali dalam kadar yang paling minimal. Namun, ia harus melakukannya secara bertahap. Ia bisa mulai dari pakaiannya, dalam segala urusannya: memilih yang paling sederhana, bahkan dalam makanan. Tidaklah mesti kamu makan makanan paling mewah atau mahal, dalam rangka melatih diri. Sebab, kamu tidak tahu keadaanmu esok hari.
=====
هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ وَصَايَا النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مِنْ وَصَايَا الْعَظِيمَةِ جِدًّا جِدًّا وَاخْتَصَرَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
لِأَنَّ الْغَرِيبَ وَعَابِرَ السَّبِيلِ يَأْخُذُ مِنَ الزَّادِ الشَّيْءَ الْقَلِيلَ وَالْغَرِيْبُ يَعْلَمُ أَنَّهُ مَهْمَا تَمَلَّكَ فِي هَذِهِ الْبَلْدَةِ فَإِنَّهُ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْقُلَ بَيْتَهُ وَلَا يَنْقُلَ حَتَّى أَوْلَادَهُ وَخَاصَّةً فِي الزَّمَانِ الْقَدِيمِ أَنْ يَنْقُلَهُمْ مَعَهُ إِلَى بَلَدٍ آخَرَ فَتَجِدُهُ يَكْتَفِي بِالْقَلِيلِ
وَلِذَلِكَ الْإِنْسَانُ إِذَا كَانَ مُقْبِلًا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَقَدْ أَدَّى الْوَاجِبَاتِ عَلَيْهِ فَلْيَحْرِصْ عَلَى أَلَّا يَتَعَلَّقَ قَلْبُهُ بِالدُّنْيَا أَنَا لَا أَقُولُ هَذَا لِجَمِيعِ النَّاسِ وَإِنَّمَا النَّاسُ يَخْتَلِفُونَ
وَلِذَلِكَ الْوَرَعُ وَالِاحْتِيَاطُ لَا يُقَالُ لِأَيِّ أَحَدٍ أَحْمَدُ كَانَ يَقُولُ أَحَادِيثُ الْوَرَعِ لَمْ يُحَدِّثْ بِهَا إِلَّا بَعْضًا مِنْ أَصْحَابِهِ لَمَّا رَأَى فِيهِمْ جَانِبَ الْوَرَعِ كَعَبْدِ الْوَهَّابِ الْوَرَّاقِ وَمِثْلُ أَبِي بَكْرٍ الْمَرُّوذِيِّ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ الْمَرُّوذِيُّ مِنْ أَعْلَمِ النَّاسِ وَأَجْمَعِهِمْ لِكَلَامِ أَحْمَدَ فِي الْوَرَعِ وَأَعْطَاهُ كِتَابَهُ فِي الْوَرَعِ
أَنَا قَصْدِي مِنْ هَذَا أَنَّ بَابَ الْوَرَعِ بَابٌ عَظِيمٌ إِنَّمَا هُوَ لِلْخُلَّصِ مِنَ النَّاسِ وَالْإِنْسَانُ لَا يَبْدَأُ أَوَّلَ حَيَاتِهِ وَخَاصَّةً إِذَا كَانَ شَابًّا بِالْوَرَعِ وَالِاحْتِيَاطِ فَإِنَّهُ يَكُونُ بِمَثَابَةِ مَنْ شَدَّ فَقَدْ يَنْكَسِرُ لَا تَكُنْ حُلْوًا فَتُصْطَرَدُ وَلَا مُرًّا فَتُلْفَظُ الشَّدِيدُ إِذَا أَخَذَ أَوَّلَ أَمْرِهِ بِالشِّدَّةِ قَدْ يَنْكَسِرُ وَلَكِنْ إِذَا دَرَّبَ نَفْسَهُ وَاعْتَادَتْ وَاعْتَادَ قَلْبُهُ عَلَى الطَّاعَاتِ وَاعْتَادَتْ جَوَارِحُهُ عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ يَأْتِي بِالنَّظَرِ فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِالزُّهْدِ وَالوَرَعِ كَمَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ المُبَارَكِ جَاهَدْتُ نَفْسِي فِي قِيَامِ اللَّيْلِ أَرْبَعِينَ سَنَةً فَارْتَاضَتْ أَرْبَعِينَ سَنَةً
الْقِلَّةُ مِنَ النَّاسِ الَّذِينَ يَعْنِي يَرْتَاضُونَ بِسُرْعَةٍ وَلَكِنْ أَغْلَبُ النَّاسِ يَحْتَاجُ إِلَى الرِّيَاضَةِ وَلِذَلِكَ أَغْلَبُ النَّاسِ إِقْبَالًا عَلَى اللَّهِ هُمْ كِبَارُ السِّنِّ فَإِذَا خَالَفَ الْمَرْءُ هَذِهِ الْقَاعِدَةَ فَإِنَّ مِنَ الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ هُوَ شَيْخٌ زَانٍ الشَّيْخُ كَبِيرُ السِّنِّ دَوَاعِي الدُّنْيَا ضَعِيفَةٌ فِي قَلْبِهِ مَلَّ مِنْ هَذِهِ الدُّنْيَا وَشَبِعَ مِنْهَا وَرَأَى مِنْهَا شَيْئًا كَثِيرًا وَدَوَاعِي الشَّهْوَةِ فِي نَفْسِهِ قَلِيلَةٌ وَمَعَ ذَلِكَ إِذَا وَقَعَ فِي الزِّنَا فَإِنَّ إِثْمَهُ أَعْظَمُ وَهُوَ إِلَى التَّقْوَى وَالْوَرَعِ أَشَدُّ
أَنَا قَصْدِي مِنْ هَذَا أَنَّ الْإِنْسَانَ يُجَاهِدُ نَفْسَهُ وَلَوْ نِسْبِيًّا لَيْسَ بِالْكُلِّيَّةِ لِكَيْ لَا يَشُدَّ عَلَى نَفْسِهِ فِي قَضِيَّةِ أَنْ لَا يَتَعَلَّقَ بِالدُّنْيَا إِلَّا بِالْأَقَلِّ وَلَكِنْ يَتَدَرَّجُ فَيَحْرِصُ عَلَى يَعْنِي فِي لِبْسِهِ وَفِي أُمُورِهِ أَنْ يَأْخُذَ الْأَقَلَّ فِي كُلِّ أُمُورِهِ حَتَّى فِي الطَّعَامِ لَا يَلْزَمُ أَنْ تَأْكُلَ أَفْخَرَ الطَّعَامِ وَلَا أَعْلَى مِنْ بَابِ دُرْبَةِ النَّفْسِ فَإِنَّكَ مَا تَدْرِي مَا تَكُونُ عَلَيْهِ حَالُكَ فِي غَدِكَ